Rabu, 27 Juni 2012
Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yang sedang membaca koran. “Ayah, ayah” kata sang anak.
“Ada apa?” tanya sang ayah.
“Aku capek, sangat capek, aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek, aku mau menyontek saja! Aku capek, sangat capek.
Aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! Aku capek, sangat capek.
Aku capek karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung. Aku ingin jajan terus !
Aku capek,
sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti,
sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.
Aku capek,
sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman
teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku.
Aku capek ayah,
aku capek menahan diri. Aku ingin seperti mereka. Mereka terlihat
senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah !” sang anak mulai
menangis.
Kemudian sang
ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata, ” anakku
ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah
menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang
sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang. Lalu sang anak
pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini,
lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. Badanku
dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah karena ada banyak ilalang. Aku benci jalan ini ayah” sang ayah hanya diam.
Sampai akhirnya
mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat
segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang
rindang.
“Wwaaaah…
tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya
diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan
rerumputan hijau.
”Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi ? padahal tempat ini begitu indah…?”
”Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”
”Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu"
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah ?”
” Nah, akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa? aku tidak mengerti"
”Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kejujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga, dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangat indah. Seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? Kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”
”Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat. Begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi, ingatlah anakku, ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri, maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri, seorang pemuda yang kuat dan yang tetap tabah karena ia tahu ada Allah di sampingnya. Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang, maka kau tau akhirnya kan?”
”Ya ayah, aku tau, aku akan dapat Surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini. Sekarang aku mengerti. Terima kasih ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar”
”Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu"
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah ?”
” Nah, akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa? aku tidak mengerti"
”Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kejujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga, dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangat indah. Seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? Kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”
”Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat. Begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi, ingatlah anakku, ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri, maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri, seorang pemuda yang kuat dan yang tetap tabah karena ia tahu ada Allah di sampingnya. Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang, maka kau tau akhirnya kan?”
”Ya ayah, aku tau, aku akan dapat Surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini. Sekarang aku mengerti. Terima kasih ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar”
Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.
[ sumber : http://orangtua-kita.blogspot.com/ ]